Bagi sebagian orang tua, menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya
mungkin bukan perkara mudah. Ada ego dalam diri pribadi yang merasa
paling tahu dan paling benar, sehingga apa yang disampaikan anaknya
selalu dimentahkan. Psikolog anak Efnie Indiranie mengatakan, untuk
menjadi orang tua yang mendengarkan, hal terpenting yang harus dimiliki
adalah self control yang baik. Tahan diri untuk tidak langsung menimpali
sebelum anak selesai bercerita. Sebagai orang dewasa, kita sebetulnya
punya kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Berarti kalau mau
jadi pendengar yang baik untuk anak kita, cari tahu dulu apa yang
disenangi mereka.
Mendengar dan didengar merupakan proses yang
terjadi dalam sebuah komunikasi efektif. Kemampuan Anda berkomunikasi,
tidak saja ditentukan oleh keterampilan Anda dalam menyampaikan pesan,
melainkan juga kemampuan dalam mendengar. Kemampuan mendengar ini tidak
datang begitu saja, karena hampir setiap orang lebih suka berada dalam
posisi didengarkan daripada mendengarkan. Terlebih bila yang menjadi
lawan bicara adalah buah hati kita sendiri. Di sinilah kesalahan
komunikasi terjadi. Agar kita mampu menjalin komunikasi efektif dengan
anak-anak, alangkah baiknya bila kita belajar menjadi pendengar yang
baik.
Berikut beberapa hal agar kita menjadi pendengar yang baik bagi anak:
1. Luangkan waktu
Hal
dasar untuk menjadi pendengar yang baik adalah meluangkan waktu sesibuk
apapun kita, sediakanlah waktu khusus untuk mendengarkan cerita mereka
dan pastikan mereka tidak merasa kekurangan waktu bersama kita.
2. Beri respon
Jangan
setengah-setengah memberikan saat menjadi pendengar yang baik. Berikan
respon agar anak merasa bahwa kita tertarik dengan ceritanya. Tatapan
mata dan gesture bisa menjadi indikasi bahwa kita merespon ceritanya.
Ketika kita mendengarkan cerita anak sambil memasak ataupun melakukan
aktivitas, pastikan kita memberikan kode bahwa kita mendengarkan
meskipun kita tidak menatap matanya.
3. Berikan pertanyaan
Pancing
kreativitas anak dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mampu
membuat mereka bercerita lebih banyak. Berikan juga pertanyaan seperti
‘bagaimana kalau’ agar mereka mampu mengembangkan pemikiran mereka ke
hal-hal baru. Berikan juga pertanyaan tentang apa yang telah ia pelajari
dan lakukan hari ini.
4. Koreksi ucapan yang kurang benar
Anak
biasanya mengucapkan kata-kata dengan salah ataupun tidak pantas.
Ketika mereka mengucapkan kata-kata dengan salah, jangan ditertawakan
ataupun menirukannya, contohnya anak tidak bisa berkata ‘komputer’
melainkan ‘komputel’, kita harus segera mengoreksi ucapannya. Jangan
pula menggunakan bahasa kekanakan-kanakan yang tidak jelas dengan maksud
menyesuaikan gaya bicara mereka. Jika kita melakukannya, kita telah
memberikan contoh bahasa yang salah kepada anak. Begitu pula bila anak
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, berikan koreksi pada mereka dan
beri tahu bahwa kata-kata tersebut tidak pantas diucapkan.
5. Berikan solusi
Ketika
anak menceritakan kenakalan teman-temannya, jangan mengompori mereka
untuk bertindak nakal maupun membalas dendam. berikanlah solusi agar
mereka dapat menyelesaikan masalah di sekolah atau taman bermain tanpa
mengadu domba mereka. Katakanlah pula apa yang harus dilakukan ketika
anak menghadapi sesuatu.
Ingat! orang orangtua adalah panutan bagi anak-anak. Maka, berikan contoh baik kepada mereka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Asam jawa atau nama ilmiahnya Tamarindus indica merupakan tanaman yang biasa di gunakan sebagai bumbu masakan Indonesia. Umumnya digunakan ...
-
Jika kita dengar ada anak hiperaktif dalam bayangan kita pasti anak itu selalu bertingkah berlebihan dan mengganggu. Sebenarnya apa itu hi...
-
Tanaman dengan nama latin Mintha Spacata ini merupakan salah satu herbal tertua dan paling popular yang berkembang diseluruh dunia. Tanaman...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar