Senin, 22 Desember 2014

Bangun Mental Anak untuk Bisa Minta Maaf dan Memaafkan

Salah satu hal yang paling sulit dilakukan orang adalah meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain. Walaupun seseorang menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada orang yang telah disakiti bukanlah perkara mudah. Orangtua zaman sekarang umumnya kerap menyepelekan pengembangan kemampuan meminta maaf dan mudah memaafkan dalam diri anak. Halini mungkin karena orangtua lebih mementingkan pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler akademis lainnya. Padahal, untuk membentuk buah hati menjadi seseorang yang berkualitas dan bermanfaat bagi keluarga serta khalayak luas, mereka harus terlebih dulu memiliki rasa empati, toleransi, kompromi, dan kemampuan memaafkan orang lain. Sifat mudah memaafkan mencerminkan jiwa yang bijaksana dan ikhlas. Anak yang peka terhadap hal-hal kemanusiaan dapat menjadi seorang pemimpin hebat pada masa mendatang.

Berikut beberapa kiat mengasuh anak agar mudah memaafkan orang lain: 
 1. Cari alasan anak menolak minta maaf 
Cari tahu apa yang membuat anak sulit meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Dengarkan saat mereka bercerita lewat komunikasi dua arah, pikiran Anda sebagai orangtua jadi lebih terbuka setelah mengetahui alasan utama mengapa anak menolak meminta maaf.

2. Jangan memaksa anak 
Tidak sedikit orangtua yang memaksa anak untuk minta maaf, terutama saat berada di ruang publik, tujuannya lebih pada agar lingkungan sosial melihat mereka sebagai orangtua yang sadar akan etika bersosialisasi. Padahal, gaya mengasuh yang demikian hanya akan mengerdilkan mental anak. Sebab, anak akan melihat Anda sebagai orangtua yang tidak konsisten karena aturan yang Anda terapkan hanya berlaku ketika ada orang lain. Namun, setibanya di rumah, jangankan memberikan nasihat pada si kecil, membahasnya pun tidak.

Menurut penulis buku How to Behave So Your Preschooler Will, Too!, Sal Severe, PhD, mengatakan, ketika anak mulai sadar bahwa paksaan untuk mereka minta maaf saat berbuat salah hanya sekadar pencitraan belaka, maka bisa jadi anak akan lebih sering mengabaikan larangan dan peraturan yang dibuat orangtua, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

3. Berikan contoh 
Selain mengajarkan tata cara untuk meminta maaf, orangtua juga perlu mencontohkan sikap yang mereka harapkan tumbuh pada diri anak. Jangan menjadi orangtua diktator yang cuma bisa mengatur anak untuk taat pada aturan, sedangkan Anda sendiri berulang kali melanggarnya. Disarankan untuk lebih sering memberikan contoh nyata.

4. Berikan waktu 
Hindari menyuruh anak meminta maaf pada saat itu juga. Sebab, kemampuan meredakan emosi pada setiap anak berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu sebentar, ada yang membutuhkan waktu lama untuk memberikan maaf kepada orang lain. Berikan tenggat waktu meminta maaf sesuai dengan karakter dasar anak. Tujuannya, agar permintaan maaf yang dihaturkan oleh anak benar-benar tulus dari hati dan pikiran mereka.

Jika kita tidak bisa memaafkan, maka kita sendirilah yang akan menanggung kerugiannya, bukan orang lain. Tidak mudah memang, namun sesulit apa pun, demi hidup yang lebih sehat dan damai, perlu kita lakukan.

sumber: kesekolah.com

Efek Buruk pada Anak Terlalu Banyak di Depan Layar

Di era modern seperti saat ini balita dan anak kecil telah dapat mengoperasikan gadget dengan lancar , bahkan sebelum mereka dapat mengendarai sepeda atau dapat membaca. Bahkan tidak jarang kemampuan mereka mengoperasikan gadget telah melebihi para orang tua di usia yang masih terbilang kecil.

Teknologi memang telah mengambil alih hampir semuanya. Kini bermain dengan ponsel lebih menarik bagi mereka dibanding aktivitas di luar ruangan seperti berenang atau berjalan-jalan.

Hati-hati, karena kecanggihan teknologi dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan juga kehidupan sosial putra-putri Anda. Kini aktivitas anak didominasi oleh aktivitas di depan layar yang menyebabkan mereka kurang bergerak dan aktif. Kehidupan bersosial dengan teman sebaya atau orang lain juga akan terpinggirkan karena kecanduan mereka pada layar monitor televisi, ponsel, atau gadget lainnya.

Orang tua, sebaiknya batasi interaksi anak dengan gadget, pastikan waktu mereka tidak banyak dihabiskan di depan layar yang memang sangat menarik. Bukan hanya bagi anak, orang dewasa pun seringkali terlarut di dalamnya. Arahkan pemakaian teknologi ke arah positif, seperti ber-Skype dengan nenek-kakeknya di kampung halaman, dan mengajarkan mereka tentang membaca, menulis, dan seni. Sebisa mungkin batasi aktivitas game, menonton film dan hiburan lainnya karena dapat menimbulkan kecanduan pada si kecil.

Aktivitas di luar ruangan lebih banyak mengajarkan hal positif dibanding yang mereka pelajari dari layar monitor. Jadi pastikan mereka menghirup udara di alam yang segar dan terpapar sinar matahari serta berinteraksi dengan banyak orang agar sehat secara psikis dan fisik.

Jadi sebagai orang tua,pastikan selalu untuk mengawasi anak Anda.

sumber: kesekolah.com

Cara Mengendalikan Rasa Kesal dan Ingin Marah

Rasa marah adalah salah satu ekspresi emosi yang dirasakan oleh setiap manusia. Terlalu sering marah tentu saja tidak sehat, karena akan berdampak pada kondisi mental maupun fisik. Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tidak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial. Marah bisa menyebabkan stres dan merusak kesehatan. Tentu saja Anda butuh cara sehat untuk mengendalikannya. Saat Anda merasa kesal dan ingin marah, coba kendalikan dengan cara berikut ini:

1. Katakan langsung 
Lebih baik mengekspresikan ketidaksukaanmu pada seseorang atau sesuatu secara langsung. Katakanlah dengan gamblang bahwa kamu tidak suka dengan suatu hal. Tentu saja Anda tidak perlu mengekspresikannya dengan berteriak atau membuat keributan lainnya.

2. Bertemu teman-teman 
Keluar dan bertemu dengan teman-teman baik bisa mengalihkan pikiran dari sumber rasa ingin marah. Cobalah habiskan waktu bersama teman-teman untuk liburan di suatu tempat. Dengan begitu, pikiranmu akan terasa lebih tenang dan nyaman.

3. Tarik napas dalam-dalam 
Ketika merasa rasa marahmu sudah naik ke kepala, coba langsung tarik napas secara dalam-dalam. Memiliki lebih banyak oksigen dalam sistem tubuh dapat membersihkan otak dari rasa ingin marah.

4. Tertawa 
Tawa dan kemarahan seringkali dianggap dua sisi mata uang yang sama. Jika kamu belajar untuk menertawakan diri sendiri, maka kamu bisa tertawa terbahak-bahak bahkan ketika kamu sedang mengamuk dan marah.

5. Meditasi 
Lakukanlah meditasi setiap hari agar kamu bisa mendapatkan pegangan kuat pada emosimu. Meditasi membantu mengembangkan kemampuan mental dan membuat kita lebih tenang.

Saat marah, terkadang orang sulit untuk mengontrol dirinya. Jika tidak pandai mengontrol emosi, bisa jadi seseorang yang marah bertindak berlebihan yang bisa merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Maka, penting untuk mengetahui cara mengatasi marah agar emosi Anda lebih stabil.

sumber: kesekolah.com