Senin, 06 Oktober 2014

Waspada! Daya Ingat Menurun Bisa Berujung Alzheimer

Penurunan daya ingat yang terjadi pada orang tua kerapkali dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Hingga kini masyarakat memang masih cenderung berpandangan bahwa penurunan daya ingat adalah bagian tidak terpisahkan dari proses penuaan yang terjadi. Pada dasarnya, penuaan tidak selalu satu paket dengan penurunan daya ingat. Dengan kata lain, dengan menjalani pola hidup yang sehat, kita bisa saja menua tanpa harus kehilangan daya ingat kita. Oleh karenanya, pemakluman terhadap penurunan daya ingat seiring bertambahnya usia bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Terlebih, jika terus dibiarkan, penurunan daya ingat bisa saja berujung pada alzheimer. Sebagai tahap awal pencegahan terjadinya penurunan daya ingat, pengenalan terhadap gejala-gejala menurunnya daya ingat menjadi hal yang penting.

Penyakit Alzheimer merupakan gangguan otak yang bersifat progresif yang dimulai dengan kehilangan daya ingat dan akhirnya menuju pada demensia total (hilangnya daya ingat dan kemampuan kognitif) yang bisa berujung pada berkematian.Walaupun penyakit alzheimer kebanyakan diderita usia lanjut yaitu orang yang sudah berumur sekitar 58 tahun, akan tetapi juga perlu berhati hati bagi anda yang masih berusia di bawah umur kisaran 58 tahun, karena tidak menutup kemungkinan penyakit alzheimer akan menyerang orang yang masih belum lanjut usia.

Berikut beberapa gejala penurunan daya ingat yang patut diwaspadai: 
1. Gangguan Daya Ingat
Gangguan daya ingat menjadi gejala pertama yang wajib diwaspadai. Pada tahap awal, sebelumnya daya ingat benar-benar menurun, gangguan daya ingat akan terjadi sebagai serangan pembuka.

2. Kemampuan Fokus Menurun 
Seiring dengan daya ingat yang terganggu, penderita juga akan mengalami kesulitan untuk fokus terhadap apa yang biasa dikerjakan.

3. Kesulitan Melakukan Kegiatan Sehari-hari 
Gejala ini ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, termasuk berkomunikasi dengan menggunakan kalimat yang tepat.

4. Disorientasi 
Gejala ini ditandai dengan kebingungan seputar orientasi waktu semisal hari, jam, dan tanggal, serta orientasi tempat. Penderita biasanya akan merasa bingung sedang berada di mana dan bagaimana mereka bisa sampai ke tempat itu, meski sebenarnya tempat itu sering ia kunjungi.

5. Mengalami Gangguan Visuospasial 
Gangguan ini ditandai dengan kehilangan kemampuan membaca, menulis, dan bahkan mengenali sosok diri sendiri di cermin.

6. Perubahan Perilaku dan Kepribadian 
Kehilangan kestabilan emosi dan mood berubah-ubah, hal ini biasa ditandai dengan marah-marah tanpa alasan yang jelas secara tiba-tiba dan menjadi lebih tergantung pada tiap anggota keluarga.

sumber: kesekolah.com

Bantu Anak Temukan Cita-Citanya

Menjadi orangtua tidak saja dituntut untuk memberikan kebutuhan dasar anak, seperti makan, minum dan tempat tinggal. Ternyata, jika ingin anak-anak bisa berhasil kelak, kita mesti memberikan dukungan sejak awal mengenai akan jadi apa anak nanti.Ketika masih anak-anak kita sering mendapat pertanyaan mengenai cita-cita. Diantara cita-cita anak, baik anak perempuan maupun laki-laki, yang terpopuler adalah menjadi dokter, arsitek, presiden, pilot, dan polisi.

Namun ada juga anak yang ingin menjadi seperti tokoh fiksi, dalam film kegemarannya. Anda sebagai orang tua tidak perlu mematahkan cita-cita anak dengan berkata hal itu tidak mungkin terjadi karena tokoh tersebut tidak ada di dunia nyata.Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah kenali dahulu bakat yang dimiliki anak sejak lahir. Yaitu bakat bawaan yang diperoleh dari keturunan sebelumnya, agar bisa dioptimalkan.

Berikut beberapa cara menggali bakat anak sehingga dapat menentukan cita-citanya: 
1. Beri dukungan 
Berikan dukungan, arahan, dan bimbingan pada anak agar tumbuh rasa percaya diri sehingga ia akan berjuang untuk mewujudkannya, walau mungkin Anda menganggap cita-citanya tidak mungkin terjadi.

2. Beri Tantangan 
Tantangan yang diberikan kepada anak, dimaksudkan agar anak-anak lebih luas pemikirannya dan berusaha mencari solusi atas permasalahan yang ada, sehingga mereka akan terbiasa berpikir lebih rasional.

3. Mengenalkan Dunia 
Kenalkan dunia baru kepada anak-anak dengan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Di sana anak akan bertemu dengan orang dan hal baru yang dapat memperluas pengetahuan anak.

4. Budaya Membaca 
Jadikan membaca sebagai kegemaran, sehingga anak semakin luas pengetahuan, dan berkembang daya pikir serta kreativitasnya.

5. Mengenalkan Tokoh Terkenal 
Tidak ada salahnya bila anak-anak mengagumi tokoh tertentu. Sikapilah secara bijak dengan menceritakan bagaimana tokoh idolanya berprestasi dan bagaimana tokoh itu memulai karirnya. Sehingga akan menjadi masukan positif bagi anak, yang akan selalu diingatnya.

6. Bermain Peran 
Salah satu cara untuk mengasah kreativitas anak, adalah dengan bermain peran. Biasanya anak-anak melakukan permainan peran ini secara naluriah. Namun, lebih baik lagi bila Anda ikut membuat skenario tertentu untuk dimainkan bersama dengan teman-temannya.

7. Bermain Bersama 
Lingkungan sosial, mengajarkan anak-anak berinteraksi dengan sekitarnya dan menumbuhkan kepercayaan diri. Maka jangan takut untuk mendorong anak agar mau bermain bersama teman-teman sebayanya.

Sebagai orangtua, ajaklah anak untuk berdiskusi apa yang hendak ia rencanakan untuk masa depannya. Sebuah rencana tentu memerlukan dukungan penuh dari orangtua, baik berupa pendidikan maupun fasilitas lainnya.

sumber:  kesekolah.com