Kamis, 05 Februari 2015

Waspada, Pekerjaan Berat Bisa Tingkatkan Risiko Stroke

Banyak orang yang menyukai atau bahkan mencintai pekerjaan mereka, namun lebih banyak lagi orang yang merasa stres menghadapi rutinitas kerjanya. Meski mungkin mereka hanya duduk menghadap komputer, namun itu bisa jadi lahan stres yang subur. Tuntutan kerja yang selalu terfokus pada target pencapaian, deadline dan proyek-proyek yang menguras tenaga justru mampu membuat seseorang merasa tertekan.

Studi terbaru di the School of Health Sciences di Jonkoping University, Swedia,mengemukakan; orang-orang yang menjalani pekerjaan berat ternyata memiliki potensi besar mengalami serangan stroke tertentu. Pekerjaan yang membuat seseorang tertekan memang dihubungkan dengan risiko serangan jantung, namun tidak spesifik bisa menyebabkan stroke.

Setelah diteliti dan dianalisis lagi, ternyata pekerjaan yang mudah membuat Anda stres meningkatkan risiko stroke yang disebut ischemic stroke. Stroke iskemik ini terjadi ketika otak tidak cukup mendapat asupan oksigen. Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa mereka yang memiliki pekerjaan berat memiliki 24% kemungkinan lebih tinggi mengalami stroke iskemik. Selain itu, mereka juga diindikasikan mengembangkan risiko stroke hemoragik, di mana pembuluh darah pecah dan mengalami kebocoran ke dalam otak.

Stres memang menjadi salah satu faktor potensial yang bisa menentukan risiko stroke. Apalagi ketika otak dipaksa bekerja terus-menerus dan berpikir keras hampir setiap hari. Sangat mungkin hormon stres meningkat dan hormon kebahagiaan berkurang yang kemudian berakibat pada tegangnya otot syaraf di kepala.

Jadi, memang tidak ada pekerjaan yang mudah, dan selalu dibutuhkan usaha besar untuk bisa menghadapi setiap masalah dan tantangan kerja. Tinggal bagaimana cara Anda mengatasi stres yang melanda dan mencari cara agar pekerjaan tidak lebih berat setiap harinya.

sumber: kesekolah.com

Manfaat Dibalik Ikut Lomba bagi Anak

Mengikutsertakan anak dalam lomba seperti yang sering diadakan di kota-kota seperti fashion show, model, menyanyi, mewarnai, menggambar dan lainnya memang menyenangkan. Apalagi jika melihat mereka sebagai juara lomba anak tentu amat membanggakan orang tua.

Menurut Psikolog dan Pengamat Anak, Dr. Seto Mulyadi Psi, Msi, orangtua sebaiknya terus memberi semangat dengan mengatakan bahwa anak sudah berusaha maksimal walaupun mereka kalah dalam perlombaan. Hal tersebut agar anak menjadi tidak mudah putus asa dan tetap bersemangat untuk terus mencoba serta berusaha. Tidak hanya memberikan keceriaan, lomba-lomba tersebut juga membawa banyak manfaat bagi anak-anak. Berikut diantaranya:

Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi 
Berlomba memberi anak kesempatan berinteraksi dengan banyak orang. Dengan orang yang sudah dikenalnya maupun orang yang baru pertama kali anak temui. Hal ini dapat melatih anak untuk lebih percaya diri tampil di depan umum serta menempatkan diri dalam situasi baru.

Melatih Mental Anak 
 Lomba akan memberi anak pengalaman bagaimana merasakan sendiri keberhasilan maupun kegagalan. Orangtua dapat melatih anak berjiwa besar saat menerima kekalahan atau sebaliknya mengajari sikap rendah hati ketika menjadi pemenang.

Belajar Mandiri dan Berpikir Kreatif 
Masing-masing perlombaan memiliki aturannya sendiri. Dalam aturan tersebut anak dibebaskan untuk menyelesaikan perlombaan dengan caranya sendiri tanpa campur tangan orangtua. Hal ini akan melatih kemandirian, kreativitas, serta kemampuan anak dalam memecahkan masalah.

Mengenali Kelebihan dan Kekurangan Diri 
Saat berkompetisi anak akan mengenali apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Anak dapat belajar mengenali kelebihannya dan mengasahnya untuk terus menjadi semakin lebih baik. Sebaliknya, dia juga dapat mencari cara untuk mengatasi kekurangannya.

Meningkatkan Ikatan antara Orangtua dan Anak 
Selain menghabiskan waktu bersama, mengikuti perlombaan juga dapat membuat orangtua lebih mengenal kepribadian anak.

Pastinya dukungan orangtua penting bagi anak. Baik menang atau kalah, orangtua harus tetap dapat memberikan penghargaan atas pencapaian mereka.

sumber: kesekolah.com

Hal yang di Inginkan Anak dari Orang Tua

Siapa sih, yang tidak ingin memiliki anak yang percaya diri, merasa dicintai, dan diperlakukan dengan baik? Bukan hanya Anda yang punya kebutuhan dan menuntut kewajiban dari mereka. Ternyata, anak pun punya harapan kepada orang tua. Mereka menginginkan orang tua yang punya waktu luang untuknya, yang mau berbagi, dan sebagainya. Terlalu sibuk, itu alasan klise kenapa banyak orang tua yang akhirnya menyerahkan urusan si kecil pada baby sitter atau pembantu. Padahal, anak menginginkan orang tua yang mau memerhatikan mereka. Apa lagi keinginan anak yang perlu diketahui orang tua?

1. Waktu luang 
Boleh-boleh saja Anda sibuk berkarier di luar rumah, karena tujuan bekerja pasti untuk anak juga. Namun, anak pun menginginkan Anda memiliki waktu luang baginya. Jadi, Anda harus pintar me-manage waktu. Yang pasti, Anda harus menetapkan hari libur yang tidak boleh lagi diusik dengan pekerjaan. Pergunakanlah waktu libur bersama anak.

2. Tidak bertengkar 
Orang tua kadangkala tidak menyadari, saat emosi mereka memuncak, masalah anak dikesampingkan. Cekcok di depan anak tidak lagi jadi masalah, tidak peduli apakah anak merasa tertekan atau tidak, yang penting amarah itu bisa terlampiaskan.

3. Tidak pilih kasih 
Jangan sekali-sekali membedakan kasih sayang antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jelas ini akan membuat anak yang dinomorduakan cemburu. Jangan pernah membuat batasan, yang bungsu harus lebih disayang daripada yang besar.

4. Kasih sayang 
Kebutuhan anak tidak hanya kebutuhan fisik. Hal ini seringkali tidak disadari para orang tua yang sibuk berkarier. Mereka berpikir, melimpahi anak dengan harta benda sudah cukup. Padahal tidak, kasih sayang dan perhatian Andalah yang paling penting untuk anak. Bentuk perhatian tidak melulu harus hadiah, tetapi dengan menemaninya belajar ataupun bermain, sudah cukup membuat anak senang.

5. Menepati janji 
Janji adalah utang yang harus ditepati. Hal ini seringkali terlupakan para orang tua. Mereka menganggapnya sepele dan merasa tidak perlu harus selalu menepati janjinya pada si kecil. Bisa jadi, orang tua memang lupa, tapi sebaiknya hindari ingkar janji.

6. Jadi teman 
Hubungan antara orang tua dan anak seringkali tidak harmonis, karena orang tua membuat batasan, tidak mau mengakrabkan diri pada anak dengan alasan agar anak segan. Padahal, sebagai anak, mereka juga menginginkan orang tua tidak saja menjadi tempat untuk meminta ataupun berlindung, melainkan juga bisa diajak berbagi alias curhat.

Inilah yang terkadang tidak disadari para orang tua. Sulit membaur dalam kehidupan anak dan tidak mau tahu masalah yang dihadapi anak. Mulai sekarang, cobalah menata kembali hubungan Anda dengan anak .

sumber: kesekolah.com