Pembelajaran menjadi terganggu akibat ulah siswa nakal yang menunjukkan perilaku menyimpang. Tujuan pembelajaran kadang-kadang tidak tercapai. Atau materi pelajaran menjadi tidak sampai karena guru menghabiskan waktu untuk mengatasi mereka.
Menghadapi anak nakal dibutuhkan kesabaran dan ketenangan. Di samping itu juga butuh strategi atau siasat yang dapat meredam akibat perbuatan siswa nakal di kelas. Penerapan strategi ini akan membutuhkan waktu sehingga boleh jadi tujuan pembelajaran atau target kurikulum tidak tercapai. Hal ini lebih baik daripada guru tidak sabar atas kelakuan anak. Sebab, dalam pendidikan, guru bertugas sebagai pengajar dan pendidik.
Ketika menghadapi dan mengatasi masalah siswa nakal, guru akan menyediakan waktu untuk mengarahkan siswa kepada tindakan yang lebih baik. Langkah ini sesungguhnya, guru sudah menunjukkan tugas sebagai pendidik. Guru perlu memahami dan mencari tahu mengapa siswa menjadi nakal dan suka mengganggu pembelajaran. Apakah kenakalan mereka ditunjukkan untuk semua guru di sekolah? Kalau iya, pemecahan masalah ini perlu melibatkan wali kelas dan orang tua di rumah.
Namun jika nakalan siswa hanya pada guru tertentu saja, maka guru perlu mencari pemecahan sendiri masalahnya. Mungkin ada cara dan gaya mengajar yang memberipeluang kepada anak berpotensi nakal. Sebagian siswa memang bangga diberi julukan atau label nakal pada dirinya. Yang lainnya justru merasa malu dan terpukul mentalnya ketika julukan itu diberikan padanya. Oleh sebab itu, tidak memberi label atau sebutan "nakal" adalah langkah tepat.
Anak nakal umumnya ingin mendapat perhatian khusus dari guru. Menghadapi anak seperti ini, guru mungkin lebih baik menunjukkan perhatian lebih dengan motivasi verbal maupun non-verbal. Jika menyepelekan mereka atau menganggap sepi kehadiran mereka dalam kelas, justru akan memperbesar potensi nakal pada diri siswa tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar