Hyper-parenting
merupakan pola pengasuhan yang dilakukan dengan kontrol berlebihan dari
orang tua. Walau kerap kali menunjukkan kekuasaan sebagai orang dewasa
yang mengasuh dan mendidik anak, mungkin Anda tidak menyadari bahwa hal
tersebut termasuk kategori hyper-parenting. Penerapan pola ini bisa
terjadi karena didasari kepercayaan bahwa anak yang memiliki segudang
aktivitas yang tepat, dilakukan secara teratur, bersemangat, dengan
bimbingan orang tua, akan tumbuh menjadi anak sempurna dan pandai.
Sehingga kebanyakan orang tua menyiapkannya sejak awal, agar anak tidak
memiliki masa depan yang sia-sia atau tanpa harapan.
Tidak salah memang jika sebagai orang tua sudah mempersiapkan masa depan anak. Namun pola hyper-parenting sering kali membuat orang tua lupa kalau membesarkan anak tidak bisa disamakan dengan membuat rencana bisnis untuk jangka panjang. Setelah paham dengan dunia dan tahap perkembangan anak akankah kita masih sering menyetir hanya karena kecemasan akan prestasi anak? tentunya kita tidak ingin terjebak pada perilaku hyper parenting bukan?
Berikut beberapa tips agar terhindar dari jebakan hyper parenting:
1. Belajar menjadi pendengar apa yang diinginkan anak. Orang tua sering menuntut anak agar mendengarkan perintah dan nasehat tapi tidak adil jika kita tidak mau mendengar suara hati mereka. Dengan mendengar, orang tua akan peka isyarat anak sekaligus memahami ritme alami anak. Orang tua akan mengetahui mana kegiatan yang dibutuhkan anak dan mana yang tidak. Dan tanyakan terlebih dahulu apakah anak menyukai kegiatan tertentu atau tidak.
2. Menyempatkan waktu bersama anak-anak. Tidak ada kesempatan lebih efektif selain bersamanya. Ketahuilah masa kanak-kanak berlalu begitu cepat, tanpa kita sadari tiba-tiba mereka akan sibuk dengan teman sebayanya, pekerjaan dan akhirnya meninggalkan kita.
3. Biarkan sesekali anak tidak produktif. Orang tua kerap gerah melihat anak bersantai tanpa kegiatan produktif. Waktu tidak produktif diperlukan anak untuk merangsang menciptakan sendiri kesenangannya.
4. Hindari menilai anak dari semua aspek kehidupannya. Masa kanak-kanak adalah masa persiapan, bukan tempatnya menetapkan standar kita kepada anak. Anak juga berhak gembira, bersenang-senang, beristirahat dan mempunyai waktu luang yang mereka isi sesuai pilihnnya sendiri.
5. Tidak membandingkan dengan anak lain atau membandingkan masa kanak kita dengan masa kanak anak sekarang. Allah Sang pencipta telah memberi setiap anak keistimewaan dan keunikan masing masing, maka hargailah keistimewaannya dengan tidak membandingkan dengan anak lain.
Hendaknya orang tua jangan melupakan bahwa masa anak-anak adalah masa persiapan. Pada masa itu, belum waktunya anak tampil penuh atau unggul dalam segala hal. Itulah sebenarnya alasan mengapa anak harus belajar banyak hal. Masih panjang waktu bagi anak untuk meraih keberhasilannya di masa depan. Tentunya akan lebih baik kalau anak-anak bisa meraihnya dengan usahanya sendiri disertai bimbingan dan kasih orang tua.
Sumber: kesekolah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Asam jawa atau nama ilmiahnya Tamarindus indica merupakan tanaman yang biasa di gunakan sebagai bumbu masakan Indonesia. Umumnya digunakan ...
-
Jika kita dengar ada anak hiperaktif dalam bayangan kita pasti anak itu selalu bertingkah berlebihan dan mengganggu. Sebenarnya apa itu hi...
-
Tanaman dengan nama latin Mintha Spacata ini merupakan salah satu herbal tertua dan paling popular yang berkembang diseluruh dunia. Tanaman...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar